Monday, May 23, 2016

Ketika Makna “KAYA” Menjadi Sangat Sederhana !!

Berangkat dari masa-masa remaja yang sulit di awal tahun 2000an, saya memimpikan bahwa makna ”KAYA” kala itu adalah suatu keadaan dimana kondisi keuangan seseorang ada di tahap yang stabil dan terpenuhi. Memasuki masa dewasa, dengan sekuat tenaga dan sepenuh hati saya berusaha untuk mengejar impian dan pekerjaan yang nantinya menuntun ke arah kemapanan finansial. Ketika memiliki pekerjaan profesional pertama di tahun 2008, saya memimpikan bahwa makna “KAYA” adalah ketika penghasilan perbulan saya mampu menyamai jumlah usia saya ( sebagai contoh jika usia 27 tahun, maka penghasilannya Rp. 27.000.000 / bulan ). Dan ternyata saya SALAH !!

Sebagai anak pertama yang dilahirkan dari keluarga Betawi sederhana, saya melihat jelas perubahan kondisi finansial yang terjadi pada keluarga saya antara sebelum dan sesudah masa RESESI tahun 1998 ( kala itu disebut sebagai zaman “Krismon” ). Kondisi terpukul, dimana ayah saya menjadi unemployment di usia 40an (usia yang sulit untuk mencari pekerjaan baru saat itu ). Dari sinilah timbul keinginan pribadi yang sangat kuat agar kelak memiliki penghasilan yang bisa menyamai jumlah usia saya, sehingga mampu untuk membantu biaya hidup kedua orang tua. Berita buruknya, saya mengabaikan hampir semua faktor “KAYA” yang sesungguhnya sudah mengelilingi saya kala itu, dan hanya berfokus pada 1 tujuan : mapan finansial. Ibarat pepatah bilang “ Semut di sebrang lautan nampak Jelas, Gajah di pelupuk mata tidak terlihat “.

Adapun beberapa makna “KAYA” yang saya TIDAK SADARI saat itu adalah :
- KAYA akan keindahan keluarga inti yang sederhana dan harmonis
- KAYA akan nikmat sehat yang Allah berikan kepada saya dan keluarga inti
- KAYA akan nikmat menyantap segala menu makanan tanpa pantangan
- KAYA akan nikmat berkumpul bersama keluarga di setiap malam-malamnya
- KAYA akan nikmat mendapat nasihat dan siraman rohani langsung dari orang tua

DELAPAN tahun berlalu, barulah saya menyadari bahwa impian awal saya SANGAT perlu untuk di remake ulang. Ketika Allah memberikan kemudahan dan kemampuan atas pencapaian gol yang saya set di tahun 2008, saya menyadari bahwa TERNYATA hal itu tidak memberikan gambaran makna “KAYA” yang sesungguhnya. Ya, saya memang dicukupkan secara materi oleh Allah. Namun kekayaan yang sesungguhnya adalah jauh dari itu dan sangat tak ternilai. “KAYA” yang sesungguhnya adalah ketika kami sekeluarga masih diberikan kesempatan untuk kumpul bersama dan masih dilimpahkan kesehatan oleh Allah. “KAYA” , karena atas izin Allah kedua orang tua saya selalu diberi keberkahan sehat jasmani dan rohani. “KAYA”, karena hanya dengan mengandalkan perlindungan Allah, mereka masih bebas makan tanpa adanya menu pantangan. “KAYA”, karena dimampukan untuk saling bersilaturahmi dengan anak-anaknya tanpa batasan apapun.

Pengalaman ini memberikan sejuta arti baru bagi saya tentang makna “KAYA”. Dan pelajaran yang mungkin bisa dipetik adalah, bahwa setiap dari kita wajib untuk memiliki dorongan besar untuk bisa berhasil. Berhasil untuk sukses, dan berhasil untuk “KAYA”. Namun 1 hal yang perlu diingat, bahwa “KAYA” sesungguhnya adalah dimulai dari keluarga inti Anda. Manfaatkan sebesar-besarnya waktu berharga Anda untuk selalu berada di sisi mereka. Karena merekalah yang akan menjadi “Guard of Angel” Anda tanpa harus diminta. Merekalah yang mampu memberikan dorongan besar untuk memotivasi Anda mencapai potensi maksimal.

Di perjalanan hidup saya, rasanya sujud syukur pun masih kurang untuk mengekspresikan kebersyukuran saya yang amat dalam, mengingat sampai saat ini Allah masih memampukan saya untuk mencoba berbakti pada kedua orang tua yang masih hidup. Di tambah lagi memiliki pasangan yang diibaratkan BUMI & LANGIT ( Si beauty & si beast,. Hahahahahaha ). Jika saya bisa, Anda pun pasti LEBIH BISA !!. yakinkan itu..

Didedikasikan untuk kedua orang tua, istri tercinta, dan kedua adik..

Temukan " NmN " di Usia 26 Tahun,. Saya MALU !!!

Ketika kami memutuskan menikah di 2012, saya membebaskan segala kegiatan positif istri dengan hanya mengajukan satu syarat saja : “ please, ...